Tuesday, May 27, 2008

Manajemen Masjid sebagai Pusat Dakwah dan Aktivitas Umat

Pernah gak sih anda berkunjung atau singgah di suatu masjid yang sepi ? Sepi disini dalam arti di dalam masjid tersebut tidak ada kegiatan keagamaan lain selain sholat. Atau pernah gak sih anda sebagai pengurus masjid kebingungan karena jamaah enggan hadir di masjid walaupun sekedar untuk sholat 5 waktu ? Oke, mari kita lihat dan identifikasi masalah apa aja sih yang mengindikasikan kalo masjid semakin sepi.

Remaja yang Kian Jauh dari Masjid
Generasi muda atau yang sering kita sebut sebagai generasi penerus saat ini banyak sekali menghadapi tantangan, godaan dan cobaan yang lebih besar. Contohnya kebebasan media yang saat ini semakin lama semakin menggerus moral para remaja, coba anda lihat bagaimana stasiun televisi swasta menampilkan sinetron yang menggambarkan bagaimanya anak memperlakukan orang tuanya (membentak, ngambek, membangkang dll.). Belum lagi sinetron yang saat ini hanya menggambarkan konflik kebencian, kedengkian, keserakahan, dendam, kemunafikan dan masih banyak lagi berbagai penyakit hati yang diangkat dalam snetron.

Selain itu arus informasi yang tidak berimbang juga bak pisau bermata dua. Contohnya adalah internet. Di satu sisi internet bisa memberikan manfaat ilmu yang tidak terbatas, tetapi di sisi lain apabila kita mempergunakannya dengan salah, maka sedikit demi sedikit mulai deh terjerumus.

Disaat seseorang beranjak dewasa, merupakan suatu hal yang wajar apabila ia ingin mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan. Nah salah satunya adalah dengan bergaul. Coba kita lihat bagaimana pergaulan remaja saat ini. Salah satu contohnya adalah ketika sekelompok remaja berkumpul dan diajak jalan - jalan, dugem dll mereka pasti senang. Tapi apa jadinya kalo diajak ke masjid ? Denger aja mereka sudah alergi ....

Peran orang tua dalam mendidik remaja ini juga tidak kalah pentingnya. Di lingkungan saya ada keluarga yang bapaknya adalah ketua DKM, tetapi si bapak tidak pernah mengajak anaknya atau menyuruh anaknya untuk ke masjid. Hasilnya ya si anak males banget untuk pergi ke masjid. Jadi melalui tulisan ini saya harap para orang tua juga mau menyuruh anaknya untuk memakmurkan masjid, kenapa kalo menyuruh anak bersekolah semangat sekali tetapi ketika menyuruh anak pergi untuk beribadah memakmurkan masjid sulit sekali ?

Mungkin masih banyak lagi hal - hal yang mendasari kenapa para remaja sangat enggan dan menjauhi masjid. Mungkin karena perbedaan pemikiran, malas dan lain sebagainya. Saya rasa akan terlalu panjang apabila saya jabarkan disini.

Memudarnya Peranan Masjid
Di zaman nabi Muhammad saw. masjid memiliki berbagai macam fungsi dan peranan. Dari mulai pusat perekonomian, pemerintahan, kegiatan kebudayaan, penyebaran ilmu pengetahuan dll. tapi kalo kita lihat 1400 tahun setelahnya ternyata fungsi masjid sedikit demi sedikit mulai berkurang dan sekarang fungsinya cenderung hanya sebatas tempat STP (Sholat, TPA dan pengajian). Kenapa hal itu bisa terjadi ? Mungkin karena pemahaman yang berkembang di masyarakat bahwa masjid hanya sebatas tempat ibadah, tidak boleh dicampur adukkan dengan hal - hal lain yang bisa mengganggu kekhusyukkan ibadah itu sendiri. Nah karena pemahaman itu semakin kuat di masyarakat akhirnya ya seperti sekarang ini, masjid hanya sebuah bangunan yang digunakan hanya untuk kegiatan STP (Sholat, TPA dan pengajian).

Seandainya masjid menjadi pusat pengembangan ummat Islam, tentu peranan masjid tidak akan memudar. Hal ini bisa dimulai dengan menjadikan masjid sebagai tempat untuk memecahkan masalah yang dihadapi umat Islam saat ini, menjadi pusat pendidikan, pusat dakwah dll.

Konsep dan Fungsi Masjid
Sebelum kita berbicara tentang konsep dan fungsi dari Masjid mungkin ada baiknya kita membahas arti dan makna sholat sebagai kegiatan utama yang dilaksanakan di masjid dengan melihat beberapa hadith berikut:

“Hudaifah meriwayatkan: Rasulullah SAW bersabda: Saya telah diciptakan berbeda dengan umat sebelumnya dalam tiga perkara: shaf-shaf kami telah dijadikan seperti shaf para malaikat dan seluruh dunia merupakan masjid untuk kami, dan debunya telah dijadikan penyuci jika air tidak tersedia. Dan dia menyebutkan karakter yang lain juga.”
(Shahih Muslim)

Anas bin Malik meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: "Sholatlah ketika telah masuk waktunya, ia kemudian Sholat di kandang biri-biri dan kambing. Ia kemudian memerintahkan untuk membangun Masjid diatasnya…”
(Shahih Muslim)

Jika Sholat berjama’ah dapat dilakukan dimana saja selama memenuhi syarat sebagai tempat sholat lalu untuk apa ada bangunan yang namanya Masjid? Syarat dari suatu tempat yang layak untuk sholat pun sangat mudah dan sederhana yaitu bukan pemakaman dan bersih dari najis atau kotoran. Bahkan pada beberapa kasus sebagaimana terlihat pada hadith di bawah ini Rasulullah justru menggalakkan orang untuk sholat di rumah.

"Ibnu Umar meriwayatkan bahwa ia mengajak orang untuk sholat pada malam yang dingin, berangin dan hujan, dan ia kemudian mengamati setelah azannya sambil berkata sholatlah di rumah kalian, ketika malam itu dingin dan hujan dalam sebuah perjalanan dengan Rasulullah SAW beliau meminta Muadzin untuk meminta orang untuk sembahyang di rumah tinggal mereka.”
(Shahih Muslim)

“Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa ia berkata pada muadzin pada saat hari hujan: 'ketika kau sampai pada bagian kalimat Syahadat (bagian kalimat Adzan) jangan mengatakan 'marilah kita Shalat,' namun katakanlah 'sholatlah di rumahmu.'' Si periwayat kemudian menceritakan bahwa orang-orang ketika itu banyak yang tidak setuju. Ibnu Abbas kemudian mengatakan: 'apakah kamu mengingkarinya? Ia (Rasulullah), yang lebih baik dari saya, melakukannya. Sholat Jum’at tetap harus dilakukan, namun saya tidak suka memaksamu untuk keluar dan berjalan pada jalan yang berlumpur dan licin.'”
(Shahih Muslim)

Ternyata ketika kita mempelajari sejarah kita mendapati sebuah kenyataan bahwa Masjid pada zaman Rasulullah memiliki banyak sekali fungsi-fungsi lain selain hanya sekedar tempat ibadah. Pada zaman Rasulullah ia juga merupakan pusat pemerintahan, pusat proses legislasi, pusat interaksi masyarakat dan berbagai fungsi duniawi lainnya, sebagaimana terlihat pada hadith berikut ini:

Diriwayatkan oleh Annas r.a: "Beberapa barang datang kepada Rasulullah dari Bahrain. Rasulullah memerintahkan kepada parasahabat untuk membagikannya di dalam masjid-itu merupakan jumlah terbesar yang pernah diterima Rasulullah SAW. Ia meninggalkannya untuk sholat tanpa menengoknya sama sekali. Setelah beliau selesai sholat. Beliau duduk di hadapan barang-barang tersebut dan membagikannya kepada siapa saja yang ia lihat. Al Abbas datang kepada beliau dan berkata, 'Wahai Rasul Allah berikan padaku sebagian barang-barang itu, karena saya perlu memiliki bekal untuk saya dan Aqil.' Rasulullah SAW lalu meminta ia untuk mengambilnya sendiri..."
(Sahih Al Bukhari)

"Diriwayatkan oleh Aisyah r.a: Demi Allah saya ingat Rasulullah berdiri di depan pintu kamar saya sambil menyelimuti saya dengan mantel sehingga memungkinkan saya untuk melihat orang-orang Abbasiyah bermain dengan pisaunya di dalam masjid Rasulullah. Ia (Rasulullah) tetap berdiri untuk menemani saya hingga saya bosan dan pergi...'"
(Shahih Muslim)

"Sebuah utusan dari kaum Kristian Najran datang kepada Rasulullah. Seramai 60 pengendara kuda, 40 di antaranya berasal dari kaum bangsawan dari tiga kaum yang berkuasa….Mohammad bin Ja’far menceritakan kepada saya bahwa ketika mereka datang ke Madinah mereka datang ke masjid nabi ketika beliau sedang melaksanakan sholat tengah hari….Para sahabat yang melihat mereka pada hari itu tidak pernah melihat mereka seperti utusan yang datang sebelumnya dan setelahnya. Masa untuk beribadah mereka telah datang mereka berdiri dan beribadah dalam masjid nabi, dan mereka dibiarkan untuk berbuat demikian. Mereka beribadah menghadap ke Timur."
(Sirah Ibn Ishaq, hal. 641 and 270)

Nah, sekarang sudah saatnya kita mengembalikan fungsi masjid seperti ketika zaman Rasulullah saw. tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga masjid sebagai pusat dakwah dan aktivitas umat Islam.

No comments: