Thursday, February 14, 2008

Kalo Stasiun TV dibeli Orang Berduit

Tadi sore sekira jam 6 saya mendapatkan SMS dari esia service (999), isinya menyebutkan bahwa ada stasiun televisi baru yang punya ngaran tvOne. Hmm ... agak bingung juga sih ... secara gitu jatah kanal frekuensi untuk televisi Jakarta di daerah sudah tidak ada lagi. Kemungkinannya cuman ada 2, yang pertama menggunakan "bekas" frekuensi televisi lain atau yang kedua nyogok dirjen postel agar dapat alokasi kanal frekuensi. Ternyata selidik punya selidik, tvOne itu adalah "jelmaan" dari stasiun televisi LATIVI. Apakah karena sahamnya sudah dibeli oleh keluarga Aburizal Bakrie dari mantan penguasa orba pak Abdul Latif ?

Sebenernya saya sudah sangat - sangat males untuk menyaksikan stasiun televisi swasta yang isinya hanya seputar gosip, infotainment, sinetron, berita kekerasan dan pornografi. Saya lebih memilih untuk menonton tayangan - tayangan yang disajikan oleh jaringan televisi berbayar via satelit seperti indovision atau via kabel seperti megavision. Karena tidak hanya menyajikan aspek hiburan, tetapi juga menyajikan berita dan pendidikan.

Nah kalo melihat kecenderungan media elektronik, khususnya televisi di Indonesia ini yang sebagian besar sudah dikuasai oleh para pemilik modal besar, yang saya takutkan nantinya akan beralih ke mazhab libertarian (seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya). Jadi nanti pemirsa hanya dijadikan sebagai komoditi yang disuruh membeli ... membeli dan membeli produk para kaum kapitalis. Sementara masyarakat yang dididik untuk konsumtif oleh media akan menimbulkan dampak kesenjangan sosial yang akan semakin meluas.

Denger - denger sih nantinya tvOne ini formatnya akan lebih ke arah sportainment dan berita. Ini tercermin dari beberapa program acara diantaranya Republik Mimpi yang tadinya ada di Metro TV pindah ke tvOne ini, selain itu denger - denger juga banyak jurnalis dari tv - tv beken ditarik ke tvOne. Hmmm .... kalo tadi saya lihat acara peresmian tvOne yang dilakukan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekilas menggambarkan bahwa pemerintah tidak serius dalam menggarap konsep televisi berjaringan. Gak tau nih, apakah nanti akhir tahun 2009 konsep televisi berjaringan akan diundur lagi? Mereka (baca:pemerintah dan pemilik modal) lebih cenderung untuk terpusat (baca:Jakarta).

jadi, kapan ya media penyiaran komunitas (khususnya televisi komunitas) di negeri ini bisa maju, mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah ?

No comments: