Saturday, February 16, 2008

Trend Saat ini : Ngerampok Warnet

Setelah pengusaha warnet yang menggunakan software bajakan deg-deg an karena ada sweeping oleh pihak kepolisian, kali ini lagi - lagi pengusaha warnet dibuat ketar ketir dengan maraknya aksi perampokan yang menimpa sejumlah warnet khususnya di kota Bandung. Baru saja beberapa hari yang lalu sebuah warnet di kota kembang ini kerampokan, nah kali ini giliran warnet "bawel" yang disatroni oleh perampok (Jumat, 15 Februari 2008). Perampokan warnet yang berada di Jalan PHH Mustofa (baca:Suci) ini modusnya 100% sama seperti kasus perampokan sebelumnya. Perampok menggunakan mobil untuk mengangkut barang hasil kejahatan, mengancam operator dan pengunjung warnet dengan senjata api dan senjata tajam serta menyekap mereka di dalam WC. Berita selengkapnya bisa dibaca di harian Pikiran Rakyat edisi sabtu, 16 Februari 2008.

Wah gile, tambah edun aja nih aksi perampokan warnet. Saking seringnya mungkin sudah menjadi trend kali yah ? Kayaknya Pengusaha warnet tidak bisa hidup tenang dari usahanya, karena banyak sekali kendala - kendala seperti :
  1. Banyaknya pungli (baik dari aparat maupun dari "preman").
  2. Tidak adanya aturan yang jelas mengenai perizinan warnet yang membuat "celah" untuk pungli lagi.
  3. Banyaknya tangan - tangan jahil yang sering menggondol peripheral komputer.
  4. Mahalnya ongkos produksi seperti naiknya tarif listrik, mahalnya tarif sewa bandwidth dari ISP.
  5. Persaingan yang tidak sehat antara warnet yang ujung - ujungnya mengarah ke perang tarif.
  6. Yang ke-6 ini yang bikin repot, banyaknya rampok berkeliaran (khususnya di bandung).
Dimana Peran Pihak Kepolisian ?
Sampai sekarang sepertinya pihak kepolisian tidak bisa mencegah terjadinya kasus perampokan tersebut, ini terbukti dengan kejadian perampokan warnet yang terulang lagi ... terulang lagi .... lagi ... dan lagi .... Pekan lalu pihak kepolisian juga telah berhasil meringkus kawanan perampok spesialis warnet. Tapi sayangnya baru 3 orang yang tertangkap, lagipula setelah ke-3 komplotan itu tertangkap masih ada jga warnet yang kerampokan. Ini menandakan bahwa polisi belum berhasil menguak dan menumpas para perampok warnet ini.

Bagaimana Cara Mengantisipasinya ?
Saya yakin pihak kepolisian telah bekerja keras untuk mencegah dan mengusut aksi perampokan warnet ini, tapi ada baiknya kalo kita atau anda sebagai pengusaha warnet melakukan tindakan preventif. Contohnya :
  • Memasang alarm yang suaranya bisa didengar jauh dan menarik perhatian, dengan tombol triggernya tersembunyi namun mudah dijangkau seperti di bawah meja billing dan di WC.
  • Pasang kamera CCTV dan rekam segala aktifitas di warnet anda, terutama untuk warnet yang buka 24 jam.
  • Beli radio HT dan tanyakan di frekuensi berapa aparat keamanan (baik hansip maupun satpam atau polisi) bisa dihubungi.
  • Pasang pengaman di komputer warnet, seperti membuat box pelindung CPU. Ini akan menyulitkan perampok dan memberi banyak tambahan waktu untuk aparat Unit Reaksi Cepat di POLRI untuk datang ke lokasi.
  • Berdo'a kepada Alloh swt. agar dijauhkan dari segala marabahaya.
:)

Apakah Perampokan Warnet di Kota Bandung akan Terus Berlangsung dan menjadi sebuah tren ? Apakah Bandung memang menjadi target sasaran ? Karena belakangan ini baik warnet maupun lab komputer sekolah di kota bandung sering kerampokan / kemalingan.

Thursday, February 14, 2008

Kalo Stasiun TV dibeli Orang Berduit

Tadi sore sekira jam 6 saya mendapatkan SMS dari esia service (999), isinya menyebutkan bahwa ada stasiun televisi baru yang punya ngaran tvOne. Hmm ... agak bingung juga sih ... secara gitu jatah kanal frekuensi untuk televisi Jakarta di daerah sudah tidak ada lagi. Kemungkinannya cuman ada 2, yang pertama menggunakan "bekas" frekuensi televisi lain atau yang kedua nyogok dirjen postel agar dapat alokasi kanal frekuensi. Ternyata selidik punya selidik, tvOne itu adalah "jelmaan" dari stasiun televisi LATIVI. Apakah karena sahamnya sudah dibeli oleh keluarga Aburizal Bakrie dari mantan penguasa orba pak Abdul Latif ?

Sebenernya saya sudah sangat - sangat males untuk menyaksikan stasiun televisi swasta yang isinya hanya seputar gosip, infotainment, sinetron, berita kekerasan dan pornografi. Saya lebih memilih untuk menonton tayangan - tayangan yang disajikan oleh jaringan televisi berbayar via satelit seperti indovision atau via kabel seperti megavision. Karena tidak hanya menyajikan aspek hiburan, tetapi juga menyajikan berita dan pendidikan.

Nah kalo melihat kecenderungan media elektronik, khususnya televisi di Indonesia ini yang sebagian besar sudah dikuasai oleh para pemilik modal besar, yang saya takutkan nantinya akan beralih ke mazhab libertarian (seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya). Jadi nanti pemirsa hanya dijadikan sebagai komoditi yang disuruh membeli ... membeli dan membeli produk para kaum kapitalis. Sementara masyarakat yang dididik untuk konsumtif oleh media akan menimbulkan dampak kesenjangan sosial yang akan semakin meluas.

Denger - denger sih nantinya tvOne ini formatnya akan lebih ke arah sportainment dan berita. Ini tercermin dari beberapa program acara diantaranya Republik Mimpi yang tadinya ada di Metro TV pindah ke tvOne ini, selain itu denger - denger juga banyak jurnalis dari tv - tv beken ditarik ke tvOne. Hmmm .... kalo tadi saya lihat acara peresmian tvOne yang dilakukan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekilas menggambarkan bahwa pemerintah tidak serius dalam menggarap konsep televisi berjaringan. Gak tau nih, apakah nanti akhir tahun 2009 konsep televisi berjaringan akan diundur lagi? Mereka (baca:pemerintah dan pemilik modal) lebih cenderung untuk terpusat (baca:Jakarta).

jadi, kapan ya media penyiaran komunitas (khususnya televisi komunitas) di negeri ini bisa maju, mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah ?

Sweet 7-teen Mau dirayain di Mana ?

Hmm ... sepertinya perayaan ulang tahun saat ini menjadi sesuatu ritual yang wajib dijabanin, apalagi ulang tahun yang ke-17. Banyak pendapat yang saya dengar mengenai hal ini, sekali seumur hidup lah, pertanda menginjak dewasa lah dan sejuta alasan lainnya yang memaksa untuk meng"halal"kan acara ulang tahun ini. Sebenernya setiap ulang tahun kita juga pasti hanya akan terjadi seumur hidup kan? Misalnya ultah ke 50 ya hanya terjadi 1x ... hehehehehe ...

Saya ingat dulu ketika masih duduk di bangku kelas 2 SMU banyak teman - teman yang merayakan ulang tahun yang ke-17 ini. Ada yang di rumahnya bikin pesta kecil - kecilan, sampe bikin acara di kafe dan di hotel yang menghabiskan dana jutaan rupiah. Ya namanya juga acara ulang tahun, mau di rumah, di kafe atau di hotel acaranya pasti gitu - gitu aja.

Tujuh tahun kemudian (10 Februari 2008) saya diundang ke sebuah acara ulang tahun ke-17. Kali ini saya tidak menjadi tamu, tetapi jadi pembawa acara alias MC. Nah uniknya kali ini acara ulang tahun yang biasanya hura - hura ternyata jauh dari kesan itu. Betapa tidak, acaranya diadain di Panti Asuhan Bayi Sehat yang ada di Jl. Purnawarman Bandung.

Tiup lilinnya ... :)

Luar biasa sekali, disaat banyak rekan seusianya merayakan ulang tahun dengan hura - hura, tetapi ini merayakan ulang tahun dengan cara berbagi dengan anak - anak yang kurang beruntung. Memang sudah sepantasnya hal ini menjadi contoh.... terlepas dari pro - kontra mengenai perayaan ulang tahun itu sendiri ... :)

Thursday, February 7, 2008

Mc'D Indonesia Kemana ?

Jadi ceritanya gini :
Sewaktu saya menyantap hidangan (tentu saja burger) di Mc'D Istana Plaza Bandung (Mc'D favorit, paling deket rumah soalnya ...) nah disitu ada brosur tentang promo - promo yang diselenggarakan oleh Mc'D. Nah setelah dibaca, dibolak - balik sampe selesai, ternyata saya tidak menemukan informasi situs Mc'D Indonesia.

Iseng dong tanya sama si mbah google. Akhirnya sampailah di satu situs official Mc'D di seluruh dunia. Alamatnya di www.mcdonalds.com Anehnya di situs ini tidak mencantumkan negara Indonesia. Padahal kita tau sendiri kalo restoran fastfood ini sudah tersebar sampe ke pelosok kota di nusantara.

Screenshot www.mcdonalds.com

Ada apa ya ? Apa Mc'D Indonesia tidak diakui ? Atau memang belum punya official site untuk indonesia ?

Budaya "Okay" dari Jagat Artifisial

DUNIA hiburan negeri ini memunculkan pembawa acara mulai dari Krisbiantoro, Tantowi Yahya, sampai Nirina. Hiburan yang menjadi industri saat ini mencetak banyak lagi pemandu acara. Gaya, tabiat, dan perangai wicara mereka bisa membuat penonton terpesona, tetapi ada pula yang menyebalkan.

SUATU kali, Krisbiantoro (66), master of ceremony (MC) atau pembawa acara kawakan itu, berada di acara yang sama dengan pemandu acara muda usia, 20-an tahun. Krisbiantoro yang sudah dikenal di awal 1970-an itu prihatin karena emce muda itu meneriakkan kata okay sampai ratusan kali.

Krisbiantoro lalu menanyakan soal obral kata okay itu. "Saya bilang sama dia, ’Mbak-mbak, mbok ya okay-nya dikurangi’."

Dengan jujur, pembawa acara muda itu mengaku. "Iya Oom, kadang saya blank (kosong) dan tak tahu harus ngomong apa," kata Kris menirukan rekan mudanya.

Begitulah si okay menjadi senjata ampuh untuk mengisi kekosongan seorang MC. Dalam pendapat Krisbiantoro, rentetan kata okay itu muncul dari kedangkalan wawasan dan ketidaksiapan seorang pembawa acara. Kedangkalan atau keterbatasan wawasan itu pula yang kemudian melahirkan tabiat yang di mata penonton terasa aneh, lucu, dan memuakkan.

"Untuk menghindari kekosongan itu kita sering melihat sepasang pembawa acara teriak-teriak, sedangkan yang lain tepuk tangan sendiri lalu tertawa sendiri," kata Krisbiantoro yang pekan lalu meluncurkan autobiografi berjudul Manisnya Ditolak yang memuat pengalaman selama lebih dari tiga dekade di dunia hiburan.

KRISBIANTORO muncul sebagai pembawa acara ketika pentas hiburan belum semeriah saat ini. Pada awal era 1970-an, dunia hiburan mengenal nama pembawa acara seperti Olan Sitompul, Oloan Sitompul, Tatiek Tito, Mang Cepot, sampai Mpok Ani dan Bang Madi. Mereka dikenal di radio, televisi, atau juga langsung di depan publik. Setelah itu muncul pula Bob Tutupoli, yang sampai sekarang masih muncul dengan jasnya yang "ngejreng", sampai Koeshendratmo.

Era akhir 1980-an, muncul nama-nama seperti Tantowi Yahya, Kepra, dan lainnya. Angkatan Tantowi boleh disebut sebagai "generasi transisi". Mereka hadir ketika negeri ini mulai melangkah menuju zona hiburan (entertainment zone) di mana hiburan menjadi "panglima" dan menyemangati berbagai aspek kehidupan. Peristiwa dagang sampai politik akan mengakomodasikan elemen yang menghibur.

Dalam iklim seperti itu, lahan bagi profesi pembawa acara terbuka luas. Hajatan formal seperti peluncuran produk mobil, komputer, telepon seluler sampai mi instan dibuat menjadi lebih menghibur. Mereka membutuhkan pemandu acara sebagai ujung tombak hidup matinya suasana.

Bisnis hiburan semakin meriah dengan hadirnya sebelas stasiun televisi. Berbagai acara mereka membutuhkan jasa seorang pembawa acara, pemandu acara, atau presenter. Pada perhelatan di luar layar kaca mereka disebut MC. Di antara itu semua, terdapat sekitar 50 acara berjenis infotainment yang juga membutuhkan penyampai acara.

Era baru industri hiburan itu memunculkan nama seperti Ussy Sulistiawaty sampai Nirina. Muncul pula puluhan nama lain yang sebelumnya dikenal sebagai pemain sinetron, pelawak, model iklan, peraga busana, atlet, pengusaha, atau bisa jadi tetangga sebelah yang kebetulan berpenampilan menarik.

Saking maraknya kebutuhan industri akan pembawa acara, sebuah rumah produksi sampai kewalahan mencari pembawa acara siap pakai. PT Shandika Widya Cinema yang antara lain memproduksi acara Kabar Kabari itu sampai perlu mengadakan lomba presenter untuk mencari bakat baru pembawa acara. Acara digelar di lima kota: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Bali, dengan grand final yang akan diadakan pada 21 Desember di Bali.

Menurut Yanti Iskandar Herianto, Managing Director Shandika, pihaknya mensyaratkan presentar harus mempunyai pesona visual (camera face). Mereka juga harus mempunyai kemampuan wicara yang baik, termasuk suara yang enak didengar serta intonasi yang nyaman. Selain itu, mereka juga harus mampu mengolah informasi dengan kata-kata sederhana yang menarik didengar.

APA boleh buat, industri menuntut pesona visual untuk seorang pembawa acara. Mereka menciptakan pembawa acara menurut kaidah keindahan ragawi yang telah menjadi materi jualan industri hiburan televisi. Maka, Ferry Salim (37), model yang kemudian menjadi bintang sinetron itu sejak tiga tahun lalu juga dikenal sebagai pembawa acara televisi.

Pesona yang dicitrakan industri hiburan itu kemudian ditarik ke realitas sehari-hari. Jangan heran jika kemudian Ferry Salim pun oleh penggemarnya didaulat menjadi MC di acara perkawinan. Dia semula sama sekali tidak berpikiran untuk menjadi seorang pembawa acara. Suatu kali dia ditawari oleh sebuah stasiun televisi untuk menjadi pembawa acara (host).

"Karena ada tawaran, ya saya coba saja. Pada awalnya saya sempat merasa tidak mampu karena kayaknya susah. Tetapi, mereka mempercayai saya dan memberi kesempatan kepada saya," kata Ferry Salim yang antara lain memandu acara di Metro TV.

Ferry belajar sungguh-sungguh untuk profesi barunya itu. Dia mempelajari teknik wicara dan gerak tubuh (gesture) pembawa acara terkenal, seperti penampilan Jay Leno yang antara lain dikenal sebagai pemandu acara televisi The Tonight Show.

Ussy Sulistiawaty (24) termasuk presenter acara yang dimunculkan oleh industri hiburan. Dia mengaku tidak mempunyai dasar sebagai pembawa acara. "Karena ditawari casting, ya saya ikut saja. Waktu bicara di depan kamera ya lancar, keluar begitu saja," kata Ussy yang sejak tahun 2002 menjadi pembawa acara infotainment Kabar Kabari di RCTI.

Belakangan Ussy menjadi pemandu acara Kontes Dangdut TPI (KDI). Dia juga memandu acara Gelar Pancho dan Pesona Dangdut. Di luar televisi, dia melayani order untuk ngemce di acara peluncuran produk, hajatan perkawinan sampai pesta ulang tahun. Selain itu, dia juga merambah profesi model iklan sampai pemain sinetron.

Lain dengan Nirina Raudatul Jannah Zubir (24) yang masuk ke dunia presenter karena suka ngomong alias bawel. Dia suka menggambarkan segala hal dengan kata-kata.

"Itu gift (bakat), kebiasaan. Kenapa kebiasaan bawel itu tidak dijadikan pekerjaan saja," kata Nirina yang kemudian mewujudkan kebawelan itu dalam profesi sebagai penyiar di radio MTV Sky, dan sejak awal tahun 2003 dikenal sebagai video jockey (VJ) MTV.

Mereka mengaku sesekali pernah mentok kata-kata di depan publik. Ussy mengakui, suasana mentok muncul ketika dia kurang menguasai medan.

"Yang paling fatal itu kalau lagi blank di siaran langsung. Kita jadi diem saja dan rasanya jadi garing banget. Biasanya saya tarik napas sebentar, terus senyum-senyum, ketawa, atau lempar ke partner. Saya juga juga lempar pertanyaan ke pononton, ’Okay, belum kantuk kan!’" kata Ussy menirukan gayanya di pentas.

Kebekuan suasana yang bisa muncul mendadak itu bisa timbul karena kekacauan dari penyelenggara acara yang kemudian harus ditanggung pembawa acara. Nirina mempunyai kiat menghadapi kebekuan mendadak itu dengan memandang publik sebagai teman.

"Saya jujur dengan menjelekkan diri sendiri. Saya tidak menutupi bahwa saya memang tidak selalu the best. Kelemahan itu saya jadikan kekuatan," kata Nirina yang belakangan juga menjadi pemain film.

SEORANG pembawa acara, menurut Krisbiantoro, seharusnya berbicara dengan otak. Atau, dalam rumusan Tantowi Yahya, seorang pembawa acara bukan sekadar sosok penghafal naskah. Yang terjadi di era industri hiburan belakangan ini, ada pembawa acara yang sekadar berfungsi sebagai penyambung lidah penulis naskah. MC ciptaan atau pembawa acara dadakan semacam itu biasanya akan gelagapan menghadapi situasi di luar rencana atau yang tidak tersurat di naskah.

"Apa arti ganteng, luwes, atau bahasa yang baik kalau seorang MC tidak menguasai materi yang disampaikan. Ucapan di pentas itu tidak datang dari kepala dia. Yang diomongkan itu hanya template (cetakan). Itu memang memudahkan, tetapi itu tidak sehat" kata Tantowi yang mulai dikenal sebagai pembawa acara Gita Remaja di TVRI di akhir 1980-an.

Penampilan seorang MC di pentas, bagi Tantowi, 99 persen ditentukan oleh persiapan, termasuk penguasaan materi. Sisanya adalah unsur yang lain, termasuk yang bersifat fisik. Kekurangmatangan intelektual dan ketidaksiapan menghadapi materi itulah yang kemudian melahirkan suasana garing, seloroh menyebalkan, atau teriakan seperti "okay".

Kepada si tukang teriak okay itu Krisbiantoro sempat berpesan, "Nduk, jadilah MC tetapi jangan ngemce. Jadilah artis tetapi jangan ngartis."

Nduk adalah sapaan mesra kebapakan dari seorang kepada orang lain yang lebih muda. Ngemce dan ngartis, mengacu pada pengertian sok atau tindakan yang bersifat pura-pura, semu, kulit luar, alias artifisial. Dalam industri hiburan saat ini, yang serba artifisial itu kini disodorkan di depan mata. Termasuk lewat pembawa acara itu. Okay!!

Sumber : KCM